Now!


“Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata: ‘Sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda: ‘Bersegeralah kalian untuk beramal sebelum datangnya tujuh perkara. Apabkah kamu menantikan kemiskinan yang dapat melupakan, kekayaan yang dapat menimulkan kesombongan, sakit yang dapat mengendorkan, tua renta yang dapat melemahkan, mati yang dapat menyudahi segala-galanya, atau menunggu datangnya Dajjal, padahal ia adalah sejelek-jelek sesuatu yang ditunggu, atau menunggu datangnya hari kiamat, padahal kiamat adalah sesuatu yang amat berat dan amat menakutkan.’’” (HR. Tirmidzi)

Banyak orang ingin sukses, ingin kaya, ingin pintar dan sebagainya, tapi banyak pula yang tidak segera bertindak. Maka keinginan tetap menjadi keinginan, cinta-cita tak pernah tercapai, dan mimpi tak pernah menjadi kenyataan. Banyak orang benar-benar mengubur mimpi, tak pernah mencoba untuk meraihnya. Entah karena takut gagal, tak percaya diri, atau sekedar malas. Sebagian orang berusaha mengejar mimpi besarnya. Sayangnya selalu menunda-nunda, dengan berbagai alasan yang hampir sama dengan mereka yang tak bergerak. Akan menyalahkan siapa, bila sukses sudah di depan mata, tapi tak jadi dapat diraih karena segera tutup usia?
Boleh dibilang, menunda-nunda telah kebiasaan umum yang membudaya. Acara yang dijadwalkan pukul delapan pagi, baru dapat dimulai pukul setengah sepuluh, atau lebih siang lagi. Pekerjaan yang harusnya selesai minggu lalu, baru mulai dikerjakan hari ini. Tugas yang seharusnya dapat diselesaikan dalam sepekan, tak rampung dalam sebulan. Bila kau memperoleh undangan mengikuti acara tertentu, datanglah tepat waktu, niscaya kau akan lama menunggu. Bukan kepastian memang, tapi biasanya begitu.
Banyak lagi contohnya. Ketika ingin belajar; ah, nanti saja kalau mau ada ujian. Ketika ingin membuka usaha; ah nanti dulu, tunggu modal terkumpul. Ketika punya niat bersedekah; ah, tunggu sampai bisa menabung lebih banyak. Ketika hendak membantu orang lain; ah, tungguh sampai dia mengulurkan tangan. Ketika ingin beramal shalih; ah nanti saja kalau sudah mau mati. Ketika ingin menikah; ah nanti saja kalau sudah kempot! (Tentu, yang terakhir ini tak berlaku, kebanyakan juga pengen cepet-cepet. Bahkan banyak yang terpaksa putus sekolah lantaran terlanjur “kecelakaan”. MBA gitu loh)
Sungguh, sikap-sikap yang menyedihkan, tapi menjadi kebiasaan. Bahkan ketika ada seorang yang mencoba bersikap profesional, seringkali justru dianggap terlalu. Misalnya, dalam rapat sebuah organisasi, seorang sahabat, sebut saja Fadli dianggap punya pribadi yang sulit dipahami. “Susah,” kata salah seorang peserta rapat. Karena itu Fadli jarang diundang ikut rapat. Apa pasal? Sebabnya Fadli biasa datang tepat waktu. Bila setengah jam peserta rapat yang lain belum datang, maka Fadli memilih untuk meninggalkan tempat dan melakukan aktifitas lain. Nah, yang lain hanya berpikir; “Kok begitu-begitu amat?” Sebenarnya siapa yang terlalu?
Dalam kajian manapun, sikap menunda-nunda aktifitas kebaikan pastilah dianggap negatif. Sebaliknya, bersegera sangat dianjurkan. Tak perlu berpikir keras dan mencari-cari dalil, secara pasti kita dapat meyakininya. Pun bila ada yang menginginkan dalil dari al-Qur’an, hadits, maupun kisah-kisah orang shalih, kita akan sangat mudah mendapatinya.
Dalam surah Ali Imran Allah berfirman, yang artinya:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS Ali Imran: 133)
Dalam ayat yang surah yang lain Allah juga berfirman, yang artinya:
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS At-Taubah: 41)
Maka bila kita membaca riwayat, kita jumpai Rasulullah selalu bergegas dalam beramal shalih. Suatu ketika, Rasulullah baru selesai mengimami shalat ashar. Setelah salah, beliau cepat-cepat bangkit melangkahi barisan para sahabat menuju kamar salah seorang istrinya. Para sahabat terkejut karena melihat beliau tergesa-gesa. Setelah itu Rasulullah keluar. Beliau terkeheran-heran melihat para sahabat yang terkejut. Rasulullah kemudian bersabda; “Aku teringat sepotong emas dan aku tidak ingin terganggu karenanya. Maka aku menyuruh untuk membaginya.” Dalam riwayat lain disebutkan; “Aku meninggalkan sepotong emas yang harus kusedekahkan, tetapi tertinggal di rumah. Maka aku tidak ingin emas itu menginap di tempatku.” (HR. Bukhari)
Diriwayatkan Abu Hurairah ra. pada kesempatan lain beliau pernah bersabda: “Bersegeralah kalian untuk mengerjakan amal-amal shalih, karena akan terjadi bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita, yaitu seorang pada waktu pagi dia beriman, tetapi pada waktu sore dia kafir. Atau pada waktu sore dia beriman, tetapi pada waktu paginya dia kafir. Dia rela menukar agamanya dengan sedikit keuntungan dunia.” (HR. Muslim)
Meneladani sikap Rasulullah ini, kita jumpai pula kisah-kisah yang luar biasa dari para sahabat dalam bersegera melakukan amal shalih. Pada waktu perang Uhud, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah; “Apakah engkau tahu dimanakah tempatku seandainya aku terbunuh?” Beliau menjawab; “Di dalam surga.” Sahabat tersebut kemudian melemparkan biji-biji korma yang ada di tangannya, lalu berperang hingga syahid.
Sahabat yang lain punya kisah tak kalah menarik. Hanzalah ketika itu sedang menikmati malam pengantinya. Akan tetapi memenuhi seruan jihad lebih disukainya. Karena itu ia meninggalkan istrinya, maju berperang dan syahid dalam keadaan junub.
Secara berjama’ah, kita dapati pula kisa-kisah yang mengagumpkan, ketika turun perintah berjilbab bagi wanita, para shahabiyah mencari apa saja untuk dipakai sebagai kerudung. Bahkan bila ada yang harus merobek sebagian bajunya untuk kerudung, hal itu dilakukan juga. Ketika arah kiblat bagi umat Islam diganti dari masjidil aqsa ke masjidil haram, para sahabat yang sedang shalat dan mendengar kabar tersebut langsung berbalik arah.
Begitupun dalam meninggalkan keburukan. Ketika turun ayat yang mengharamkan khamr, dipecahkanlah botol-botol dan tempat-tempat arak lainnya. Dari itu terbentuklah parit-parit yang mengalir arak. Para sahabat yang sedang meneguk arak, memuntahkan apa yang masih di mulutnya demi menjaga diri dari yang keharaman.
Dalam berbagai hal lainnya, hampir selalu sama. Ketika Rasulullah memerintahkan untuk mengerjakan ini atau meninggalkan itu, para sahabat selalu sigap untuk segera mengerjakannya. Nah, luar biasa bukan kesungguhan mereka dalam bersegera? Satu contoh lagi yang mengagumkan akan kau jumpai, segera setelah kita beralih pada tema berikut yang masih berkait erat dengan perbincangan kita kali ini.
Sekarang, mari kita tengok diri kita. Sejauh mana kita dalam bersegera mengerjakan amal shalih? Bila masih suka menunda-nunda, saatnya kita ubah kebiasaan kita. Bisa kita lihat kerugian akibat menunda-nuda. Kesempatan yang tidak kita ambil tempo hari, seringkali telah dibabat orang. Kesempatan kedua belum tentu datang lagi. Atau coba kita renungkan berbagai masalah yang seringkali menjadi runyam dan menumpuk, gara-gara tugas-tugas kita tak selesai tepat waktu.
Maka, alangkah tepat bila kita berpikir tentang sebuah kebaikan kemudian serta-merta bergerak dan bekerja untuk mewujudkannya. Mulai detik ini juga. Right Now!
0 Responses
abcs