Waktu itu bukan pertama kalinya aku diantar ke TK, melainkan sekali-kalinya. Masih sangat mudah kuputar kembali memori itu. Hari itu Bu Guru mengabsen kami. Setelah urutan huruf S, nama Surohman disebutkan Bu Guru tak sekali. Kutengok sekeliling, ternyata tiada yang mengangkat tangan. Masih dengan tanda tanya dalam hati, kuberanikan diri untuk tunjuk jari. Saat itulah aku tahu kalau namaku Surohman. Maklum, di rumah dan di kampungku orang selalu memanggilku Maman. Mana aku tahu kalau namaku Surohman.
Nama Surohman ini tak bertahan lama. Di SD, namaku menjadi Surahman. Ternyata di Akte Kelahiran-ku tertulis Surahman, bukan Surohman. Hanya di Surat Kelahiran memang keliru tertulis Surohman. Tahulah aku akan namaku yang sebenarnya. Kelak, di usia 25 tahun, aku mempublikasikan diri dengan naman Rahman Hanifan. Nama yang tercipta demi kelancara penjualan buku-bukuku.