Bukan Lagi Pesaing





Masih tentang Malioboro, apa sih menariknya?

Bila mendapat pertanyaan itu, jawaban orang pasti berbeda-beda. Tergantung, dari sudut mana mereka memandang. Kalau menurutmu, apanya yang menarik?

Pertanyaan semacam itu tiba-tiba menggelitik hatiku. Sebenarnya, kenapa Malioboro menjadi sedemikian populer dan menarik untuk dikunjungi? Aku sendiri, kali ini bersama istri dan dua anakku sengaja menginap di dekat Malioboro, guna menikmati suasananya, terutama di malam hari. Sebenarnya aku masih punya beberapa sahabat di Jogja. Demikian pula istri. Kalau mau, kita bisa singgah di salah satu rumah mereka. Tinggal kontak-kontak saja. Mungkin malah akan dijemput. Malah aku juga punya paman yang tinggal di kawasan Pathuk yang terkenal dengan bakpianya itu. Akan tetapi, tujuan kami kali ini memang Malioboro. Jadi kami putuskan untuk menginap dekat situ, seperti turis beneran.

Iya, seperti namanya yang dalam Bahasa Sansekerta berarti karangan bunga, Malioboro memang memiliki daya tarik yang kuat.

Nah, ada apa saja di Malioboro? Ada beberapa mall. Tentu saja di banyak tempat, ada juga banyak Mall. Ada penjual pernak-pernik – dari gelang-gelangan hingga miniatur sepeda Onta – dan pakaian di depan mall-mall dan toko-toko di sepanjang jalan Malioboro. Tentu, penjual serupa juga banyak, tak hanya di Malioboro. Ada pasar Beringharjo yang luas dengan aneka barang dagangan yang komplit. Tentu saja, pasar yang luas dan komplit juga tak hanya pasar Beringharjo yang terletak di samping jalan Malioboro itu. Ada berbagai kuliner lesehan, seperti gudeg. Tentu saja, di banyak tempat, wisata kuliner juga banyak.

Maka, bagiku Malioboro menarik secara keseluruhan. Tidak untuk dipisah-pisahkan. Termasuk lokasinya yang setrategis. Di sebelah utara terdapat stasiun Tugu. Di Selatan ada Kraton. Masih di dekat Malioboro, ada pusat-pusat jajanan, Bakpia Pathuk. Ada pasar buku Shoping. Ada Taman Pintar. Ada Hotel Melia Purosani yang Menjulang. Aku rasa, semua itu saling mendukung, hingga Malioboro dan sekitarnya menjadi kawasan wisata yang semakin populer.

Ada satu hal yang kali ini ingin aku perbincangan. Ada kaitanya dengan dunia bisnis, marketing. Di Malioboro ada beberapa Mall besar, seperti Malioboro Mall, Ramai, Ramayana dan beberapa lainnya. Apa saja yang ada di Mall? Ah, tak perlu aku rinci, kita semua sudah mafhum. Intinya apa yang ada di Mall ya seperti itu, mirip-mirip. Akan tetapi tak satu pun Mall yang ada di Malioboro sepi pengunjung.

Di bahu jalan Malioboro, terdapat banyak sekali penjual cinderamata, seperti telah kusinggung. Ada penjual gelang rotan dan sejenisnya, bandul kunci, kerajinan  perak, wayang kulit, blangkon, miniatur kendaraan, pakain batik, kaos  dan sebagainya. Tentu saja, banyak pedagang yang menjual barang yang sama dengan pedagan lainnya. Mereka menjual di tempat yang berdekatan, masih di sepanjang jalan Malioboro itu. Akan tetapi, banyaknya ‘pesaing’ tak membuat mereka kekurangan pembeli. Buktinya mereka masih bertahan berjualan di situ. Dan memang, di sepanjang jalan Malioboro itu selalu saja ramai. Kita harus berdesak-desakan jika lewat di antara para penjual cinderamata itu.

Demikian pula di Pasar Beringharjo, banyak sekali pedagang menggelar dagangan yang sama. Ketika memasuki pasar tersebut dari pintu Malioboro, maka kita akan bertemu ratusan kios yang menjual pakaian. Ramai, semua mendapat pengunjung dan pembeli masing-masing. Banyaknya ‘pesaing’ lagi-lagi bukan berarti mengurangi jumlah customer.

Demikian pula, ketika esok paginya, untuk pertama kali kami mencoba sarapan di kawasan wisata kuliner Gudeg Wijilan, di sebelah timur Kraton. Berderet warung makan. Yang dijual sama, gudeg. Akan tetapi lagi-lagi, semua memperoleh pengunjung masing-masing. Tak ‘kesepian,’ tak gulung tikar.  

Nah, ketika kawasan tertentu telah menjadi komplek, tempat yang terkenal menjadi pusat tertentu, entah pusat jajanan, pusat mainan, pusat kerajinan, pusat meuble, atau pusat apa saja, kawasan itu seringkali menjadi lebih terkenal. Menjadi alternatif utama ketika seseorang hendak mencari sesuatu yang dapat diperoleh di kawasan tersebut. Maka pedangang yang menjual barang dagangan yang sama atau serupa bukan lagi menjadi pesaing. Akan tetapi mereka bersama-sama menarik pengunjung dan pelanggan yang lebih banyak.

Teringat aku ketika dulu, jaman kuliah, aku kerja di sebuah rental komputer dan fotokopian. Pak Hamid, pemilik rental komputer itu sengaja memilih tempat di samping rental komputer yang sudah ada. Prinsipnya itu, mengundang pelanggan yang lebih banyak. Pelanggan mungkin akan berpikir; “Di situ ada dua rental komputer, kalau satunya tutup bisa langsung ke sebelahnya.”

Nah, ini dulu. Semoga ada manfaatnya. Sampai jumpa kawan.

0 Responses
abcs